Rabu, 21 Juni 2017

Talok

Dokumentasi: Alaik Azizi

Hari ini Kedai Riphy dipenuhi banyak peminum dan beberapa pemilik warung kopi di Jogja, semuanya untuk memenuhi undangan bancakan kopi dalam rangka hari ulang tahun kedai yang ketiga. Hal yang patut dirayakan karena kedai ini sebelumnya tidak pernah genap setahun berada di lokasi yang sama. Saya akan mencoba mengingat lagi perilaku nomaden kedai ini.

Lokasi pertama berada di daerah Bugisan tepat di seberang gerbang SMM, SMSR, SMKI Yogyakarta, saat malam sering menjadi tempat siswa-siswi sekolah tersebut untuk kumpul dan jamming main musik. Nama Riphy merupakan akronim dari Riri dan Uphy, pasangan pemilik kedai ini. Riri bertugas menyeduh kopi, sedangkan Uphy melayani pesanan penganan sekaligus kasir. Saya mengenal Uphy karena kami sama-sama aktif di IS Jogja, sebuah komunitas urbansketch di Jogjakarta. Cuma sepertiga dari masa kontrak 3 tahun yang sudah lunas kedai ini bertahan dan tiba-tiba pada suatu malam terpaksa berkemas karena keadaan lingkungan yang tak mendukung. Silakan todong Riri dan Uphy untuk bercerita lengkap tentang alasan kepindahan ini.
Saya cukup suka lokasi yang paling awal ini, letaknya yang berada di seberang sekolah seni memungkinkan saya menonton pentas seni yang kadang digelar di pendopo sambil menunggu Riri menyeduh kopi yang saya pesan. Di sini pula pameran IS Jogja tahun 2014 disiapkan, saya masih ingat menyelesaikan draft kata pengantar serta membuat dummy katalog disini. Sedangkan yang lain menyiapkan perlengkapan, mendata karya dan ada yang memastikan ketersediaan snack untuk acara pembukaan dan kami melakukan itu dalam 2 hari 1 malam. Koordinasi yang sangat kacau.
Tak seberapa lama kedai pun pindah alamat ke jalan Wates, jalan penghubung jantung kota Jogja dengan kabupaten Kulonprogo maupun daerah lain di sebelah barat. Jalanan yang menurun kemudian menanjak dan terkadang lengang dimanfaatkan pengendara motor untuk menarik gas dalam-dalam. Tempat ini tidak ideal buat ngopi dengan tenang, terlalu banyak suara knalpot bising yang sangat mengganggu. Meski saya suka dengan semburat merah jingga di ujung jalan saat senja yang bisa dilihat dari kursi di ujung paling timur. Di tahun kedua kedai tidak bisa bertahan di Jalan Wates karena pemilik tempat menampik permintaan perpanjangan kontrak.
Banyak yang sependapat kalau lokasi yang terakhir ini adalah tempat yang paling tepat buat Kedai Riphy, suasana yang lebih tenang dan di sisi jalan yang lain ada beberapa petak sawah. Alamatnya yang sekarang berada di seberang gerbang UMY, tepatnya di Jalan Peleman.
Tiga lokasi yang berbeda namun memiliki satu kesamaan yaitu pohon Talok atau dikenal juga sebagai Kersen tumbuh di depan kedai. Pohon berdaun rimbun, buahnya merah manis, cabang yang datar dan rantingnya bersilang sengketa menarik untuk dipanjat. Tumbuh sebagai tanaman perintis di antara semak-semak pinggir jalan yang sepi dan sering diabaikan kemudian membesar dengan cepat menjadi pohon peneduh.
Sebelum Kedai Riphy berpindah lokasi yang sekarang, kawasan Ring Road Barat dan UMY adalah tempat yang sepi warung kopi. Kini kabarnya ada beberapa orang yang tertarik untuk ikut membuat tempat seduh lain di sekitarnya. Selain menjadi tempat untuk minum kopi, Kedai Riphy juga bisa menjadi tempat tujuan menggoreng biji kopi.
Dokumentasi: Alaik Azizi

Acara bancakan diakhiri dengan mengundi lintingan nomor yang berhadiah korek api berbalut kulit, roasted beans dan voucher. Nomor undian itu secara tersembunyi ditulis di gelas kertas tepat di bawah kopi yang kami minum dari tadi. Semua pun pulang dengan senang, yang menang undian senang dan yang tidak menang menghibur diri memenuhi perutnya dengan jajanan pasar enak yang sudah disajikan. Saya pulang dengan senang membawa pulang sebungkus Arabica Temanggung dari nomer keberuntungan saya malam itu, 21.
Panjang umur Kedai Riphy, semoga makin lancar rejekinya dan sehat selalu tukang seduhnya. Jikalau besok-besok terpaksa pindah lagi, pastikan di depan kedai sudah ada pohon Taloknya.



Dokumentasi: Kedai Riphy



Tidak ada komentar: