Sebelum subuh pesan di Whatsapp
sudah saling balas, mengingatkan untuk bangun dan bersiap-siap.
Rencananya kita bakal berangkat jam
6 pagi, sangat pagi sih bahkan untuk orang yang rutininasnya berangkat
kerja di pagi hari. Tapi ini kan karena yang usul juga tukang begadang, baginya
jam 6 pagi adalah larut malam. Pagi itu yang jadi berangkat adalah saya, Adjie,
mas Hendra, mbak Idho, Oci dan kemudian Pipit yang terakhir sampai di terminal. Tepat
pukul 07.34 bus berangkat dari terminal Jombor menuju ke Semarang sembari
mengantar penumpangnya menuju lelap mengganti waktu tidur yang terpotong sebelumnya.
Berangkat ke Semarang saat akhir pekan
itu baiknya memang pagi hari, karena waktu tempuh normal yang sekitar 3 jam akan
berbeda kalau sudah beranjak siang apalagi sore. Pukul 10.00 dengan sisa kantuk
kami turun di Banyumanik, disambut panas teriknya Semarang kontras dengan
dinginnya AC di dalam. Kami berpindah naik angkot menuju kota lama,
jarang-jarang loh kita naik angkot soalnya angkutan umum di Jogja itu nyaris
hilang. Ada sih, yaitu Trans Jogja yang identik dengan kepulan asap hitam
pekatnya atau bus kota milik swasta yang sudah sepantaran mas Hendra Yon
Koeswoyo.
Di sepanjang jalan kita diiringi
bapak-bapak pengendara motor yang memarahi dan memaki pengendara motor yang
lain sambil tetap melaju di samping angkot, saya juga tak tau apa sebabnya.
Selanjutnya jalanan con block dan bergelombang seperti memberitahu bahwa kita
sudah sampai di Kota lama Semarang.
arsiSKETCHwalk merupakan rangkaian
acara yang diselenggarakan dalam rangka memperingati hari jadi
arsiSKETur yang ke-3, meliputi acara sketchwalk, pameran, dan workshop
seputar sketsa. arsiSKETur itu sendiri adalah komunitas penghobi yang tertarik dengan karya sketsa obyek bangunan karya-karya arsitektur beserta lingkungannya. Beranggotakan
banyak sekali orang yang sudah lama terjun dalam kegemaran live sketch, jadi
maklum kalau anggotanya kelihatan berumur.
Pukul 13.00 acara resmi dibuka
dengan beberapa sambutan, dibawakan oleh host yang saya rasa tak terlalu mengerti tentang live sketch
kemudian ditutup dengan do’a. Do’a dilantunkan dengan cara Kristen, ini pertama
kalinya saya ikut dalam doa cara Kristen setiap baitnya terdengar menenangkan.
Iya begitulah seharusnya do’a, merdu dan menenangkan.
Sketchwalk hari pertama dimulai
dengan beberapa spot; gedung Marba, gereja Blenduk dan Spiegel. Tapi Mas Toni
malah mengajak kita ke jalan Kepodang, tempat ini harusnya jadi spot untuk
keesokan harinya. Saya, Oci dan Pipit mengikuti langkah mas Toni sedangkan mbak
Idho dan mas Hendra tetap mengikuti rute yang seharusnya. Dan Adjie,
sepengetahuan mas Hendra dia mau nyeket di Pecinan.
Setiap Mas Hendra mengucapkan
Pecinan, artinya lebih mirip dengan “pake peci” daripada “tempat orang cina”.
Hal ini berlanjut bahkan hingga kami pulang ke Jogja, masih diucapkan dengan
cara yang sama.
Untuk menuju kesana kami melewati
gang kecil yang penuh penjual ayam petarung dikelilingi dengan tembok
terkelupas dan akar pepohonan yang menembus sela-sela batu bata seakan menyatu
dengan tembok itu sendiri. Tempat ini sangat ramai, berbeda dengan jalan yang
kami lalui sebelumnya yang sangat lengang dan sepi aktivitas.
Jalan Kepodang yang didominasi
penjual ayam petarung ini riuh dengan lalu-lalang kendaraan bermotor, angkot
yang juga berebut lewat, pedagang makanan dan cuma satu penjual ayam pedaging. Bangunan
di sekitarnya relatif terbengkalai dengan sampah bertumpuk di banyak sudut.
Rumah
dengan pohon yang tumbuh diatasnya itu menurut warga disini, dihuni kuntilanak
yang kadangkala menampakkan diri terbang diantara gedung dan kadang melayang
menyebrang jalan. Di Kota Lama air cukup sulit didapat karena saluran air tidak
menjangkau tiap bangunan, bahkan basecamp yang kami tempati pun tidak ada airnya.
Ada
workshop dengan berbagai materi di hari kedua, saya tidak mengikuti workshop
dan kembali nyeket di jalan Kepodang yang pagi hari itu ramai sekali.Sketchwalk
dimulai setelah workshop selesai, semua sketcher berkumpul jadi satu di depan
Gereja Blenduk. Kira-kira ramainya kayak gini.
Semakin
sore dan semakin sore ini saatnya kita
pulang, sedikit buru-buru takutnya sudah tak ada bus ke Jogja. Apalagi mas
Hendra juga sudah mulai bertingkah aneh, berlagak seperti pemain ketoprak
sambil menyemprot-nyemprotkan air pake botol spray ke leher dan tangan.
Kelihatannya sih sudah mulai sawan.
Ini
beberapa sketch yang saya dapat dari arsiSKETCHwalk.
Dokumentasi arsiSKETCHwalk bisa juga dilihat disini. Kota Lama Semarang adalah tempat yang menarik untuk live sketch, mungkin lain kali bakal kembali kesini untuk nyeket karena banyak tempat yang belum terekam dalam buku sketsa. *Tapi pilih waktu yang tepat, disana gerah je.
1 komentar:
salam kenal ms.... desainnya sangat menginspirasi sekali apalagi sy orang semarang. jarang pulang jadi rindu dengan semarang
Posting Komentar