Urbansketch adalah sebuah subculture
dari seni rupa yang muncul tahun 2007. Fenomena yang cukup unik
karena menarik minat banyak orang terutama orang-orang yang
sebenarnya kebanyakan tidak berprofesi sebagai seniman, illustrator
maupun profesi lain yang berkaitan dengan menggambar.
Urbansketch
diperkenalkan oleh
Gabriel Campanario atau lebih dikenal dengan nama Gabi. Gabi adalah
seorang berkebangsaan Spanyol yang kemudian pindah domisili karena
harus bekerja di Seattle Times pada tahun 2006. Sebagai seorang
pendatang , Gabi berkeinginan dan merasa harus untuk berkenalan dengan
kota yang baru
pertama kali didatanginya, dan medium yang digunakannya adalah
livesketch yang bukan
saja dilakukan di waktu senggang tetapi juga saat menjalani
pekerjaannya sebagai jurnalis. Sehingga livesketch yang dilakukannya
berkonsep “Jurnalistik Sketch”, sketch yang berisi informasi
tentang objek sketsa dan bercerita tentang kehidupan nyata sebagaimana
terjadi di hadapannya. Objek sketch masih di sekitar landmark dan
kehidupan kota Seattle.
Di bawah ini adalah sketch dari Gabi,
dimana dia memberikan keterangan pada beberapa objek.
Kemudian di tahun 2007 Gabi mengunggah
sketsanya secara berkala ke galeri dunia maya bernama Flickr, yang
selanjutnya diminati banyak orang dan dilakukan secara massif di
banyak negara khususnya penduduk kota Seattle itu sendiri. Di tahun
2008 Gabi merilis sebuah kanal yang bernama urbansketchers.org.
Kemudian dilanjutkan lagi pada tahun 2011 Gabi menerbitkan buku “The Art Of Urbansketching”, yang berisi sketsa dari berbagai belahan
dunia selanjutnya diikuti oleh terbitnya banyak buku tentang
livesketch dan catatan perjalanan dalam bentuk sketch.
Semakin berkembangnya urbansketch yang
sebelumnya berkonsep “Jurnalistik Sketch” kemudian bergeser
menjadi konsep “Graphic Diary” karena objek sketch juga ikut
berkembang dan tidak melulu tentang landmark kota tetapi meluas
hingga ke lingkungan dari sketcher itu sendiri, tempat makan favorit
bahkan mainan anak. Sehingga kemudian sketch itu sendiri menjadi
bagian dari kehidupan sehari-hari.
Urbansketch menggambarkan kejadian
dalam kehidupan sehari-hari, kejadian-kejadian di lingkungan sekitar,
landmark kota, bangunan, orang-orang, taman, pasar, pesawat, kereta
dan mobil, toko-toko, café, apapun dan manapun yang terlihat terekam
dalam buku-buku dan menjadi catatan sejarah visual kehidupan bagi
sketcher.
Dan bagaimana cara untuk menjadi
Urbansketcher? Sebenarnya sangat mudah sekali karena pada dasarnya
manusia meyukai gambar dan cerita, sederhananya urbansketch adalah
mencatat cerita dalam bentuk gambar.
- Menggambar di lokasi melihat objek secara langsung, dan bukan lewat referensi foto atau imajinasi.
- Bercerita tentang sekitar, tempat tinggal atau tentang catatan perjalanan.
- Dan tentunya media sketsa itu sendiri, yang sederhananya adalah kertas dan pena.
Untuk gaya sketsa apakah harus
ekspresif atau impresionis sebenarnya tak terlalu masalah, karena
urbansketch cukup fleksibel untuk hal ini. Fokus dari urbansketch
terletak pada poin pertama, yaitu keharusan untuk menggambar objek
secara langsung. Jadi jangan beranggapan kalo sketch itu harus bagus,
bukan begitu karena ini tentang cerita apa yang kamu punya. Ini
tentang mendokumentasikan hidup kamu dan lingkungan sekitarmu.
Jika kita merujuk pada gagasan awal
Gabi yang memakai livesketch sebagai medium untuk mengenal kota maka
hal ini tentu bisa diterapkan di kota lain dan oleh sketcher yang
berdomisili di kota tersebut. Kota Jogja sendiri memiliki sejarah yang
panjang, landmark kota yang menarik dan budaya yang adiluhung jika kita mau
mencermatinya.
Baiklah, mari kita mulai dari jalan
Malioboro hingga titik 0 kilometer. Landmark dari kota Jogja dan bagi
kaum pendatang tempat ini bisa jadi awal yang bagus. Jalan sepanjang
1 kilometer ini merekam banyak sekali kisah sejarah awal kemerdekaan
Republik Indonesia.
Dari peta yang sebelumnya sudah dipetakan oleh
komunitas Greenmap jogja yaitu sebuah komunitas yang memetakan tempat
dan memuat area aman untuk pejalan kaki, situs sejarah, tempat makan,
pemukiman dan satwa atau tumbuhan yang tinggal disitu. Dari peta ini
kemudian saya sederhanakan lagi dan saya ambil bagian situs sejarah
yang ada di Malioboro. Sangat menarik karena di tengah citra
Malioboro sebagai spot belanja dengan berbagai bentuk alat promosi
yang semakin membenamkan wajah bangunan-bangunan lama yang seharusnya
bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi kawasan ini, tersimpan banyak
situs sejarah dan bangunan dengan gaya yang cukup menarik.
Bisa dillihat ya, pada icon-icon yang
berwarna merah tersebut adalah bangunan yang menjadi saksi sejarah
bagi Jogja maupun Indonesia. Jumlah yang cukup banyak untuk jalan
sepanjang 1 kilometer, dan akan sangat panjang jika saya harus
jelaskan satu-persatu. Hei, apa kalian tidak tertantang untuk mencari
tau? Saya sudah mencantumkan nama-namanya, kalian cuma tinggal
mengetiknya di goggle. Mudah kan?
Untuk langgar Kalimantan atau disebut
juga masjid Quwwatul Islam harus dicoret deh, soalnya bangunan
tersebut rencananya akan diganti dengan bangunan baru. Hari Sabtu 11
Oktober 2014 yang lalu saya lihat bangunan ini sudah rata dengan tanah.
Beberapa bangunan tidak saya cantumkan
karena data sejarah yang harus dicari dulu, sebagian malah
dihancurkan dan yang lain cukup sulit ditemukan karena padatnya
pemukiman di daerah ini dan sepertinya harus jalan kaki untuk
menjelajahinya. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap situs
sejarah yang kemudian bisa menghentikan penghancuran dan perusakan
situs yang sebelum-sebelumnya sudah terjadi.
Livesketch memberikan waktu lebih
untuk lebih mencermati bagian-bagian dari kawasan ini dengan seksama.
Mengamati lebih detil pada objek, dan ikut merasakan keriuhan
aktivitas di sekitar kemudian merekamnya dalam kertas. Livesketch
juga membantu mendokumentasikan perubahan-perubahan lingkungan dan
fungsi-fungsi bangunan yang terjadi .
Mari kita lihat sketch yang mengambil
spot di kawasan Malioboro.
Rumah Berundak, sketsa karya Pak Irwan Sukendra |
Chemist Druggist dan 2 bangunan lain, sketsa karya Erick Eko Pramono |
Pasar Beringharjo, sketsa karya Urip Tri Hasanah. |
Gapura Kampung Ketandan, sketsa karya Adjie Setiawan |
Gedung Societet, sketsa karya Niken Anggrek Wulan. |
Pada akhirnya proses mengenal kota dan
mempelajarinya dapat menumbuhkan tanggung jawab moral bagi orang yang
tinggal. Untuk selanjutnya kita berharap adanya regulasi yang cukup
kuat untuk melindungi cagar budaya dan menjadikan Jogja sebagai kota
yang memang untuk manusia.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar