Hai blog, bagaimana kabarnya? Sudah cukup lama ya saya tidak posting, maafkan ya. :)
Ok,
Sabtu tanggal 26 Oktober kemarin saya pergi ke Solo rencananya sih
untuk menghadiri mantenan seorang teman. Tapi kemudian batal karena
begitu tiba di Solo, hujan yang sangat lebat menyambut saya. Berteduh
dan tetap kering menurut saya adalah pilihan terbaik saat itu.
Selanjutnya
saya menemui teman yang punya banyak pekerjaan, geje juga ini orang.
Kalo saat itu dia sedang bekerja sebagai kasir di sebuah minimarket, dan
setelah jam kerjanya selesai dia pindah jadi resepsionis di hotel.
Bayangkan hari itu dia di minimarket dari jam 2 siang sampai 10 malam
kemudian berlanjut di hotel dari jam 10 sampai jam 8 pagi. Berlanjut jam
10 kembali ke minimarket selesai jam 6, kemudian kembali ke hotel jam 10
malam. Ini orang sudah berubah jadi robot kali ya?
Jadi malam itu
saya numpang tidur di hotel dan harus keluar sebelum manajer datang
yaitu jam setengah 7 pagi. Minggu pagi di kota Solo itu asyik loh, karena
dua ruas jalan Slamet Riyadi digunakan untuk car free day. Bagus juga
menurutku karena kulihat banyak juga bapak-bapak dan ibu-ibu yang
perutnya buncit memanfaatkannya untuk berjalan kaki. Mari bakar lemak ibu-ibu bapak-bapak. :)
|
Dengan semangat sumpah pemuda tapi tetep ngiklan. |
|
Yang lansia juga tak mau kalah. |
|
"Le ojo dolanan nang ndalan, mah bal-balan", kalo Minggu pagi di kota Solo jalanan ini boleh dijadikan tempat bermain. |
|
Sketsa suasana jalan Slamet Riyadi di Minggu pagi. |
|
Yang khas di Jalan Slamet Riyadi : Halte telepon yang sudah tidak ada teleponnya, duduk lesehan di rerumputan, tempat sampah dengan 3 ruang, dan peneduh yang terbuat dari tumbuhan merambat (saya gambar cuma separuh). |
Sudah cukup siang saatnya saya ke Puro
Mangkunegaran. Rutenya cukup ikuti jalan Slamet Riyadi perhatikan saja kalo ada papan penunjuk arah "Mangkunegaran" atau "Ngarso Puro", karena Puro Mangkunegaran terletak di sebelah utara pasar Ngarso Puro.
|
Pintu masuk bagian depan Puro mangkunegaran, tapi kita masuk lewat gedung sebelah kirinya ya. |
Pesan saya, kalo berkunjung ke Kraton manapun pake pakaian yang sopan dan pantas ya, ingat kalian itu cuma inlander :p . Harga tiket masuknya 10 ribu rupiah, belum
termasuk tip untuk guide-nya karena disini wajib pake guide.
|
Yeeey, saya sampai di Mangkunegaran ada banyak si cupid dan singa disana. |
Di bagian
depan ada kolam yang bentuknya seperti daun semanggi, jadi kolam ini
bentuknya seperti 5 lingkaran yang digabungkan dan ditengahnya dihiasi
pancuran yang berbentuk angsa yang dipegangi oleh anak malaikat. Ini
baru awal, karena selanjutnya akan banyak si cupid yg bertebaran di
istana.
|
Patung 2 malaikat yang memegang lambang Mangkunegaran. |
Oya, kenapa disebut Puro bukan Kraton? Karena Mangkunegaran
dipimpin Pangeran Adipati bukan raja, dan saat ini Adipati cuma simbol
adat dan tidak mempunyai posisi atau pengaruh politik layaknya Sultan di
Jogjakarta. Untuk wilayah, Puro Mangkunegaran berdaulat di utara jalan
Slamet Riyadi sedangkan kasunanan berada di sisi selatan jalan tersebut.
Sebelum
memasuki pendopo kita akan melihat di bagian atap ada patung 2 malaikat
yg memegang lambang Mangkunegaran lengkap dengan hiasan floral yang
mengingatkan pada bentuk-bentuk bangunan Yunani. Kemudian disambut
dengan 4 patung singa berwarna emas yang menghadap berbeda arah, itu
mengingatkan untuk tetap waspada. Pendopo ini besar sekali loh, bagian
keramik itu merupakan keramik buatan Itali yang pemasangannya cukup unik
dan sulit, pemasangan mengikuti kata filosofis Jawa "Sedulur Papat
Kalimo Pancer" jadi disitu bisa dilihat ada 4 keramik yang seakan
berporos pada satu keramik ditengah dan keramik yang lain mengikutinya.
Di bagian langit dihiasi dengan corak api beraneka warna yang setiap
warnanya memiliki arti, disertai dengan binatang zodiak yang dibuat khas
Jawa. Hal menarik yang ada disini adalah tempat lampu yang juga
berhiaskan malaikat-malaikat, tapi seiring perkembangan jaman
lilin tersebut diganti dengan lampu.
Hal unik lain yang ada di pendopo ini adalah tiang sokonya, konon tiang tersebut terbuat dari satu kayu utuh yang dibelah empat. Sedangkan atap bagian teras juga unik, atap dan tiang penyangga teras itu ternyata terbuat dari rel kereta api dan tiang besi yang biasa ada di stasiun kereta api. Ternyata dahulu kala pangeran berkeinginan untuk membangun stasiun kereta tepat di belakang Puro Mangkunegaran, tapi batal karena konstruksi tanahnya cukup labil padahal bahan untuk membangun stasiun sudah lengkap terbeli.
Mungkin ada yang merasa janggal ya? Kenapa istana orang jawa tapi banyak sekali simbol-simbol Eropa ataupun kenapa ada patung singa, padahal singa bukan binatang asli pula Jawa. Ini dikarenakan pangeran Mangkunegaran dahulu bersekolah di Amsterdam disamping itu beliau juga gemar travelling sehingga banyak sekali pengaruh Eropa terbawa ke dalam istana.
|
Si Cupid bergelantungan di tempat lilin. |
|
Sketsa tiang yang di bagian kiri atas merupakan atap dan tiang yang terbuat dari rel dan besi konstruksi stasiun kereta api. |
Ok, selanjutnya kita akan
memasuki tempat paling sakral yaitu pendopo dalem, disini kita dilarang memotret. Sudah deh
kalo kita sudah diwanti-wanti seperti ini tak perlu sok rebel ya,
kecuali kalo kamu memang serius pengen tau apa yang bakal terjadi. Eh
tunggu dulu, sebelum pintu masuk ternyata dihiasi juga dengan 4 patung,
yang di depan itu patung sepasang orang Cina sedangkan yang belakang
patung dewi-dewi khas Eropa. Ada banyak banget koleksi dari Pangeran
Mangkunegaran di dalam pendopo, koleksinya cukup beragam di bandingkan
dengan yang ada di Kraton Jogjakarta maupun Kasunanan Surakarta karena
konon Pangeran Mangkunegaran dulu adalah orang gemar travelling.
Saya
tak bisa cerita banyak, karena memang banyak sekali koleksinya -__-u . Selain memamerkan koleksi yang beraneka ragam di bagian tengah ruangan ada ranjang kosong yang merupakan simbol peristirahatan
untuk Dewi Sri atau Dewi kesuburan dalam budaya Jawa, pada hari tertentu
dilakukan ritual yang harus dilakukan oleh perempuan yang sudah
menapouse.
Ok sekarang kita menuju ruangan lain, topinya sudah boleh
dipakai lagi karena tadi sebelum masuk harus dilepas dulu. Di ruangan
selanjutnya merupakan tempat yang dikhususkan untuk menerima tamu,
bangunannya cukup unik karena tidak pake tiang untuk menyangga atap tapi
diganti dengan kayu yang melintang dan kayu tersebut tidak melengkung
ataupun miring. Dan furniture di ruangann ini klasik banget, khas Eropa.
|
Sketsa 2 patung. |
|
Sketsa patung singa dan tempat lilin. |
|
Patung warna emas yang berbentuk sepasang orang cina. |
|
Ini merupakan gading milik gajah Sumatera, bayangkan saja kalo gadingnya
segini gajahnya seberapa?. Kira-kira panjangnya sama dengan panjang
lengan saya. |
Selesai sudah tur saya jangan lama-lama karena jam 1 siang sudah harus ditutup, Puro Mangkunegaran memang cukup kecil tapi memiliki banyak koleksi. Tapi begitu keluar dari Puro Mangkunegaran ada satu gedung yang cukup penting bagi Mangkunegaran, yaitu gedung Kavalerie - Artelerie. Gedung ini dulu merupakan markas besar bagi prajurit dan lapangan besar di depan Puro dulu digunakan sebagai tempat latihan para prajurit, tapi sekarang sudah tidak digunakan lagi. Bentar ya, saya nyeket dulu.
|
Gedung kavelerie - artelerie |
|
Sketsa gedung kavalerie - artelerie |
Selesai nyeket dilanjutkan sholat dhuhur dahulu, tak perlu jauh-jauh karena disebelah barat terdapat masjid Wustho. Masjid tersebut juga merupakan bagian dari komplek Puro Mangkunegaran, bangunannya masih asli dan siang itu asli panas banget :). Sehabis sholat kemudian nyoba untuk nyeket lagi tapi saya urungkan karena kaligrafi di bagian gapuranya sulit ternyata. :)
|
Hayo milih nyeket atau tiduran di mesjid? wkwkwkwk |
|
Di parkiran liat ibu-ibu yang memelihara 2 ekor ayam yang dimasukkan dalam keranjang depan sepedanya. Ibu ini melawan tren memelihara kucing. |
Okesip, sekarang saya nunggu mataharinya nyantai setelah itu pulang ke Jogja.Terimakasih sudah membaca, dan kalo ada salah data tolong dikasih tau ya. Selamat merayakan akhir pekan.
2 komentar:
wah ketokke asik ya nyeket ng kraton e.. mupeng ki :P
mangkat ruuuu....
Posting Komentar