Pada hari Kamis, saya bersama Erick Eko Pramono mengunjungi Museum Biologi di Jalan Kusumanegara. Cuaca hari itu panas sekali dan macet, yah macet karena di jalan ada mahasiswa dari Papua melakukan unjuk rasa dan memakai setengah badan jalan. Jika dilihat dari spanduk, bendera bintang kejora dan isi orasinya mereka menuntut kemerdekaan untuk tanah papua.
Saya tiba di Museum biologi (Musbi) kira-kira pukul 10.30 WIB, dan membeli tiket masuk tentunya. Harga tiket untuk umum 5rb dan untuk pelajar 3rb, saya bayar 3rb krn saya pelajar, yah saya pelajar dan mau belajar menggambar :D.
Pertama kali masuk Musbi, saya langsung "disapa" oleh harimau kemudian masuk ke dalam ruangan hal yg langsung saya temui adalah tulang-belulang hewan. Yang paling besar adalah kerangka dugong letaknya ada di tengah jalan masuk, disampingnya ada tengkorak hewan dan dinosaurus ukuran mini. Bagi yang suka menggambar tengkorak ataupun suka style hardcore, Musbi adalah tempat yang tepat untuk menggambar tengkorak.
Ada tengkorak kijang, kambing, unggas, ular, komodo dan dino. Di sebelah kanannya reptil-reptil yang diawetkan, saya tidak mau masuk ruangan tersebut. cukup seram juga dikelilingi banyak ular, hiiiii....
Kemudian masuk ke ruangan sebelah kiri, berisi awetan unggas dan rangka manusia dan primata. Saya sebenarnya ingin menggambar burung hantu, tapi pencahayaan disini buruk sekali.
Hanya beberapa lampu 5watt yang dipasang di beberapa sudut. Di sudut lain Kerangka manusia diletakkan berdampingan dengan kerangka kera, dan masih diberi keterangan "Bandingkan", tapi peletakannya sepertinya tidak sinkron karena kerangka manusia menghadap depan sedangkan kerangka kera menghadap ke samping.
Kemudian ruangan paling belakang disimpan koleksi hewan-hewan laut primata dan beberapa koleksi lain yang memang sepertinya belum dikategorikan dan ditempatkan dengan tepat. Disini ada sebuah box yang menurut saya berbeda, karena berbentuk prisma sedangkan yang lain berbentuk persegi. Di dalam box tersebut ada musang yang sedang menerkam ayam dan perutnya diganjal kaleng palstik minuman "ale-ale" supaya si musang bisa nungging.
Dari keterangan yang saya dapat, koleksi musang ini pernah dipinjam oleh mahasiswa seni Australi untuk karya seni instalasi dan dipamerkan di rumah Cemeti. Kemudian musang tersebut dikembalikan berikut dengan prisma, karena Musbi memang belum memiliki penempatan untuk si musang. Seharusnya dengan bentuknya yang unik, koleksi ini seharusnya ditempatkan di tengah ruangan agar lebih tepat daripada ditempatkan di sudut ruangan.
Sampai beberapa saat kepala saya mulai pusing, hari itu memang sedang panas untuk beberapa saat saya istirahat sejenak. Kemudian saya memutuskan untuk menyudahi kunjungan saya di Musbi, segelas es teh manis meruapakan ide yang bagus.
Mungkin untuk selanjutnya, pengelola museum bisa membenahi koleksi-koleksinya dan tata letaknya.
Saya tiba di Museum biologi (Musbi) kira-kira pukul 10.30 WIB, dan membeli tiket masuk tentunya. Harga tiket untuk umum 5rb dan untuk pelajar 3rb, saya bayar 3rb krn saya pelajar, yah saya pelajar dan mau belajar menggambar :D.
Pertama kali masuk Musbi, saya langsung "disapa" oleh harimau kemudian masuk ke dalam ruangan hal yg langsung saya temui adalah tulang-belulang hewan. Yang paling besar adalah kerangka dugong letaknya ada di tengah jalan masuk, disampingnya ada tengkorak hewan dan dinosaurus ukuran mini. Bagi yang suka menggambar tengkorak ataupun suka style hardcore, Musbi adalah tempat yang tepat untuk menggambar tengkorak.
Ada tengkorak kijang, kambing, unggas, ular, komodo dan dino. Di sebelah kanannya reptil-reptil yang diawetkan, saya tidak mau masuk ruangan tersebut. cukup seram juga dikelilingi banyak ular, hiiiii....
Kemudian masuk ke ruangan sebelah kiri, berisi awetan unggas dan rangka manusia dan primata. Saya sebenarnya ingin menggambar burung hantu, tapi pencahayaan disini buruk sekali.
Hanya beberapa lampu 5watt yang dipasang di beberapa sudut. Di sudut lain Kerangka manusia diletakkan berdampingan dengan kerangka kera, dan masih diberi keterangan "Bandingkan", tapi peletakannya sepertinya tidak sinkron karena kerangka manusia menghadap depan sedangkan kerangka kera menghadap ke samping.
Kemudian ruangan paling belakang disimpan koleksi hewan-hewan laut primata dan beberapa koleksi lain yang memang sepertinya belum dikategorikan dan ditempatkan dengan tepat. Disini ada sebuah box yang menurut saya berbeda, karena berbentuk prisma sedangkan yang lain berbentuk persegi. Di dalam box tersebut ada musang yang sedang menerkam ayam dan perutnya diganjal kaleng palstik minuman "ale-ale" supaya si musang bisa nungging.
Dari keterangan yang saya dapat, koleksi musang ini pernah dipinjam oleh mahasiswa seni Australi untuk karya seni instalasi dan dipamerkan di rumah Cemeti. Kemudian musang tersebut dikembalikan berikut dengan prisma, karena Musbi memang belum memiliki penempatan untuk si musang. Seharusnya dengan bentuknya yang unik, koleksi ini seharusnya ditempatkan di tengah ruangan agar lebih tepat daripada ditempatkan di sudut ruangan.
Sampai beberapa saat kepala saya mulai pusing, hari itu memang sedang panas untuk beberapa saat saya istirahat sejenak. Kemudian saya memutuskan untuk menyudahi kunjungan saya di Musbi, segelas es teh manis meruapakan ide yang bagus.
Mungkin untuk selanjutnya, pengelola museum bisa membenahi koleksi-koleksinya dan tata letaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar