Jumat, 06 Januari 2017

Melewati 2016 dengan Bahagia


Selamat Tahun Baru
Daftar di bawah ini merupakan bentuk budaya pop yang saya konsumsi selama tahun 2016 meliputi buku, musik dan pertunjukan seni. Beruntung sekali saya bisa mengkonsumsi hal-hal bagus dan menarik. Tahun kemarin, banyak rilisan musik folk yang bagus dan Metallica kembali meraung kencang dengan Spit Out The Bone-nya.

Awal tahun 2016 dibuka dengan konser Grow dari duo Stars and Rabbit, sebuah konser paling indah yang pernah saya tonton. Setting panggung yang menarik, kostum, kualitas sound dan tentunya musik yang bagus. Dalam satu kesempatan Adi Widodo iseng memainkan riff gitar lagu dari Evo, band lamanya Elda. Dengan sepakat ditimpali penonton yang ikut usil menyanyikan bagian reff.

“40 Tahun Proses Kreatif Sirkus Barock” adalah solo konser lain yang saya tonton di tahun 2016 berbarengan dengan rilis album mereka yang berjudul sama. Sayangnya Sawung Jabo cuma memainkan 6-7 lagu, bisa dimaklumi berhubung Jabo juga sudah cukup udzur. Tetapi semua kekecewaan terobati ketika konser dipungkasi dengan lagu “Hio”. Di akhir tahun pula, 2 band Jogja mengadakan solo konser tetapi bertempat di Jakarta. Saya berharap tahun ini Shaggy Dog dan Senyawa mau mengulanginya di Jogja.

Saya juga memulai mengoleksi rilisan fisik, memang belum banyak. Sigmun: Crimson Eyes dan Silampukau: Dosa, Kota & Kenangan jadi album favorit saya tahun lalu. Yah, meski saya cukup sial mendapati pentas live mereka yang cukup mengecewakan. Saya mendapati panggung Sigmun di basement yang sangat gerah dan minim oksigen. Dan harus nrimo dengan kualitas sound Silampukau yang mlempem. Saya berharap tahun ini bisa memiliki micro HiFi untuk memutar CD.

Dalam hal buku, selera bacaan saya tidak banyak berubah. Masih seperti sebelumnya yang tak jauh-jauh dari komik dan graphic novel. Tapi di penghujung tahun, saya menyukai buku puisi, musik, jurnalistik dan beberapa karangan Kyai Bisri Mustofa. Saya cukup senang bisa membaca 2 buku terbitan Elevation Books, “Lokasi Tidak Ditemukan” dari Taufiq Rahman dan “Setelah Boombox Usai Menyalak” dari Herry Sutresna. Buku ini seperti obrolan hangat dan akrab tentang pengalaman mendengarkan musik. Yawlaah, saya beneran menantikan buku yang serupa. Setelah ini harusnya tulisan Wendi Putranto dan Samack bergiliran dibukukan.

Terlambat 14 tahun bagi saya untuk membaca “Aku” nya Sjuman Djaya sejak populernya di tahun 2002, dan saya suka buku ini. Plot cerita hidup Chairil sebagai latar belakang karya, membuatnya mudah dipahami. Saya kesulitan memahami puisi dalam “Aku Ini Binatang Jalang” karena Chairil Anwar sering memakai kalimat singkat. Bahkan kadang  cuma satu kata dalam larik puisinya, berbeda dengan karya Aan Mansyur di “Melihat Api Bekerja” yang lebih naratif.

Sementara dari lapak buku bekas, saya membaca garis-garis khas Mazzuchelli di komik Batman: Year One, menikmati petualangan Tintin di Pulau Hitam dan melihat persiapan menuju Troy bersama Eric Shanower.
 
Yogyakarta Gamelan Festival yang kembali saya saksikan tetap jadi pentas tahunan yang tidak pernah mengecewakan, begitu pula Artjog. Beruntungnya pula saya bisa menonton pentas dua tahunan Pesta Boneka, kualitas penampil di festival ini memang begitu menakjubkan. Saya berdecak kagum melihat penampilan Taikuh Jikang. Cerita yang dibawakan cukup ringan, tapi pemakaian teknik siluet yang dipentaskan sama sekali belum pernah saya lihat. Gema tawa pentas Ketoprak Tjonthong dari Susilo Nugroho dkk menutup tahun 2016 saya.

Yah, kopi saya sudah tandas dan waktu maghrib juga hampir habis sementara kedai ini tidak menyediakan musholla. Saya jadi pelanggan pertama yang datang tepat setelah pegawai kedai buka pintu dan beres bersih-bersih. Mau tak mau saya harus beranjak dari sini sebelum kehabisan waktu sholat. Dan saya tak sabar menantikan karya hebat apa yang akan saya konsumsi tahun ini.

Buku dan komik
·         Herry Sutresna: Setelah Boombox Usai Menyalak
·         Taufiq Rahman: Lokasi Tidak Ditemukan
·         Warningmagz: Questioning Everything!
·         Chairil Anwar: Aku Ini Binatang Jalang
·         Wustuk: Rock Memberontak
·         Michel Valliant - Tragedi Bercy
·         Sjuman Djaya: Aku
·         Sergio AragonĂ©s: Actions Speak
·         Aan Mansyur: Melihat Api Bekerja
·         Project X- Cup Noodle J.D. Salinger: The Catcher in the Rye
·         Christope Arleston: Lanfeust de Troy 1, 3, 4
·         Osamu Tezuka:  
·         Babad Tanah Jawi
·         Yusi Avianto Pareanom: Rumah Kopi Singa Tertawa
·         HergĂ©: Rahasia Pulau Hitam
·         Charles Dickens: Oliver Twist
·         Elizabeth D. Inandiak: Centhini
·         Y.B. Mangunwijaya: Burung-Burung Manyar
·         Ahmad Tohari: Ronggeng Dukuh Paruk
·         Frank Miller: Batman Year One
·         George Orwell: Terbenam dan Tersingkir di Paris dan London
·         Iwank: Kornchonk Chaos
·         Mohammad Nor Khalid: Kampung Boy
·         Aji Prasetyo: Kidung Malam
·         Eric Shanower: A Thousand Ship
·         Man: Golok Setan
·         Larry Gonick: Komik Riwayat Peradaban III
·         Komik Koil Dragonian Warriors
Dan masih ada beberapa buku tipis, sementara sebagian yang lain belum juga selesai dibaca.

Album musik
·         Seringai: High Octane Rock
·         The Upstairs: Matraman
·         Silampukau: Dosa, Kota & Kenangan
·         The Sigit: Detourn
·         The Sigit: Visible Idea of Perfection
·         Sigmun: Crimson Eyes
·         Stars and Rabbit: Constellation
·         Ari Reda: Menyanyikan Puisi
·         Bangkutaman: Ode buat Kota
·         Sirkus Barock: 40 Tahun Proses Kreatif


Tidak ada komentar: