Minggu, 27 November 2011

Museum Dirgantara

Saya sangat suka film perang, dari saving private ryan, battle of iwa jima, letter of iwa jima, the pianist hingga G 30 s PKI. karena itu saya ingin melihat alat-alat perang jaman dulu, dan saya bisa melihatnya di museum sekalian juga menyukseskan program Pemkot "Visit Museum". Museum yang menjadi titik awal sebenarnya adalah museum Benteng Vredeburg yang berada di nol kilometer Jogjakata, disana diterangkan beberapa kisah sejarah dalam berjuang merebut kemerdekaan, seperti peristiwa penembakan pesawat VT-UCLA, hingga Serangan Umum 1 Maret.
Maka pada hari kamis saya berangkat sendirian, yah sendirian. Bukan saya tidak punya teman, tetapi karena saya teman yang sangat pengertian saya tidak mau mengganggu rutinitas teman-teman saya dengan mengajaknya ke museum.
Museum Dirgantara berada di Kompleks TNI AU, Janti. Sebelum masuk kompleks, saya harus melapor ke PM yang berada di pos jaga. Sedikit kaget juga ketika saya bilang mau masuk ke museum karena sang PM yang memang di setting "tidak ramah" (mungkin dalam SOP pekerjaan ini memang dicantumkan untuk "tidak ramah") bertanya dengan sedikit nylekit, seperti " mau ke museum?", "ngapain?", "kok sendirian" dan seterusnya, aneh juga karena itu seperti pertanyaan retoris. tapi selanjutnya saya diberi ijin dengan meninggalkan KTP dulu, take it easy karena bagaimanapun segarang apapun tentara adalah teman rakyat #eaaaaaa.

Pesawat B-26 dan P-51 Mustang

HTM-nya cuma 3000 rupiah, tapi disana memang sudah sangat ramai oleh rombongan anak-anak SD yang sangat banyak, ruangan menjadi cukup riuh dengan anak-anak yang sibuk screaming dan moshing-moshing.
Sebenarnya yang sangat ingin saya lihat adalah kisah si Allan Lawrence Pope yang ternyata ikut membantu dalam pemberontakan Permesta. Dengan pesawat pengebom B-26, Pope banyak melakukan teror terhadap Indonesia, tapi langkahnya dapat dihentikan oleh tentara Indonesia yang menggunakan pesawat pemburu R-51 Mustang.
Dakota VT-CLA
Yang berikutnya adalah bangkai pesawat VT-UCLA, meskipun disebut bangkai namun tak berbau busuk (ya iyaalah). Pesawat ini membawa bantuan kemanusiaan utk tentara dan rakyat Indonesia, tetapi Belanda menembak pesawat ini dan menewaskan tentara yang ada di dalamnya, termasuk Adi Sumarmo dan Adi Sutjipto yang namanya diabadikan sebagai nama jalan raya di Jogja.
Sebenarnya masih banyak lagi pesawat dan peralatan perang yang ada disini, sayangnya di ruangan ini panas sekali oleh karena itu sya pindah ke ruangan lain yang tentunya ada AC besar yg cukup memberi rasa dingin...brrrr. Di ruangan selanjutnya ada diorama, senjata dan pesawat model. terus..terus...terus.... sampailah pintu keluar.
Sebenarnya tata letak di Museum ini sudah sangat bagus jika kita megikuti alurnya yaitu dari pintu masuk berjalan ke arah kiri dan terus ikuti alurnya, hal pertama yang bisa dillihat adalah patung tokoh-tokoh kemudian seragam tentara, kemudian peristiwa terkenal dan seterusnya hingga bagian merchandise yang berada sebelum pintu keluar. Semua diatur sangat baik apalagi biaya masuknya memang murah daripada beberapa museum lainnya.
Add caption
Di luar gedung juga ada pesawat yang memang tak cukup kalo dimasukkan dalam gedung, salah satu pesawat ada yang sedang diperbaiki pada bagian rudalnya. Ada lubang di beberapa bagian karena memang tak semua struktur pesawat terbuat dari logam, ada beberapa bagian yang lunak dan rapuh, mungkin anak-anak SD yang sebelumnya bermain tak sengaja merusaknya.

Tidak ada komentar: